“Transformasi digital pendidikan sama pentingnya dengan perubahan budaya seperti halnya teknologi.” Mr. Sunil Hettiarachchi Sekretaris Kementerian Pendidikan Sri Lanka
“Hal pertama yang biasanya dipikirkan orang adalah perangkat. Namun, transformasi digital lebih dari sekadar teknologi. Nyatanya, Anytime Anywhere Learning Foundation memperkirakan bahwa kurang dari 10 persen pekerjaan yang diperlukan untuk membuat one-to-one berhasil melibatkan perangkat.” Bruce Dixon, Mitra Pendiri, Anytime Anywhere Learning Foundation
Lalu, apa jawabannya? Mulailah dengan berinvestasi dalam pengembangan visi bersama yang kuat. Dokumen visi merupakan pengungkapan keadaan akhir yang diinginkan.
Rasio perangkat one-to-one bukanlah deskripsi yang memadai tentang keadaan yang diinginkan, melainkan sebatas cara untuk mewujudkannya. Alih-alih, visi tersebut mengungkapkan apa yang dimungkinkan oleh teknologi ini dalam konteks pembelajar, sekolah, sistem, dan masyarakat. Untuk mendapatkan ide yang lebih konkret tentang apa arti hal ini, contoh pernyataan visi dapat ditemukan dalam visi pembelajaran berskala negara bagian di Victoria, Australia: “Seluruh pengajar dan peserta didik memiliki akses ke teknologi kontemporer dan konten digital kelas dunia yang dapat digunakan untuk mencipta, berkomunikasi, serta berkolaborasi secara lokal dan global. Pembelajaran oleh peserta didik menarik, dipersonalisasi, dan autentik untuk memungkinkan mereka menjadi individu yang percaya diri dan kreatif serta warga abad ke-21 yang aktif dan terinformasi.
Seperti apa visi yang sukses itu?
Dua sekolah di bawah ini memberikan perbandingan yang bermanfaat tentang bagaimana program teknologi yang dipertimbangkan dengan buruk dan yang dipertimbangkan dengan baik dapat dibenarkan serta dijelaskan. Di permukaan, klaim dari sekolah A tampak menjanjikan, tetapi tidak mungkin memberikan hasil yang sukses, menurut praktik terbaik.
SEKOLAH A
(Visi yang tidak dipertimbangkan dengan baik dan dangkal)
1. Semua anak kita memilliki perangkat. Berjalanlah memasuki ruang kelas mana pun, dan mereka akan terlibat dengan berbagai aplikasi.
2. Kami sedang mengalihkan buku ajar ke tablet. Tas sekolah akan lebih ringan dan kurikulum akan lebih terbarukan.
3. Pengajar diberi arahan tentang cara mengintegrasikan teknologi ke ruang kelas.
4. Teknologi diukur dari seberapa banyak peserta didik membuat video, cerita digital, dan animasi luar biasa.
5. Kami membiarkan peserta didik membawa perangkat apa pun yang mereka suka, selama dilengkapi konektivitas.
SEKOLAH B
(Visi yang dipertimbangkan dengan baik dan arahnya jelas)
1. Peserta didik kami berpikir lebih mendalam. Teknologi memungkinkan mereka mengajukan pertanyaan yang lebih besar, menjelajahi berbagai konsep secara lebih menyeluruh, dan melakukan hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan tanpa teknologi.
2. Kami bergerak menjauh dari buku ajar ke model literasi kritis melalui pengaksesan dan penguraian informasi dari sumber-sumber kontemporer.
3. Pengajar kami dilatih tentang cara menggunakan teknologi dengan aman, etis, dan dengan cara yang dapat mentransformasikan pembelajaran.
4. Teknologi diukur dengan bagaimana ia meningkatkan beban kognitif diskresioner di sepanjang proses pembelajaran, ini memberdayakan kita untuk mengurangi fokus pada produk jadi, dan lebih banyak pada perjalanan pembelajaran.
5. Kami menghabiskan banyak waktu untuk memahami penelitian tersebut dan, selaku pakar pembelajaran, untuk memastikan para peserta didik kami memiliki perangkat yang terbukti dapat meningkatkan hasil-hasil yang kami hargai.
Komentar
Posting Komentar