Transformasi yang berhasil didasarkan pada wawasan data. Ketika sistem sekolah Anda dapat mengukur kinerja, hasil pembelajaran dan efektivitas pilihan anggaran secara akurat, Anda dapat menetapkan jalur yang jelas untuk mengoptimalkan keseluruhan sistem.
“Ketika kehidupan dan pembelajaran semakain terdigitalkan dan “terdatakan”, peserta didik menginggalkan jejak lengkap dari tindakan dan hasil-hasil mereka di sekolah dalam berbagai aplikasi, perangkat, serta basis data. Ketika sekolah dapat mengonsolidasikan data dari semua sumber ini, analitik dapat memebrikan prediksi dan rekomendasi kuat yang memandu pengajar dan pimpinan sekolah.” Cathy Cavanaugh, Head of Learning and Research, Catholic Education, penulis dan pengamat pendidikan Australia Barat
Begitu Anda memiliki data yang dapat diakses dan digunakan, Anda dapat melaporkan secara akurat, menunjukkan bahwa Anda membelanjakan uang pajak secara efektif, mengukur dampak dari berbagai prakarsa baru, serta mematuhi persyaratan pemantauan pembangunan berkelanjutan yang baru sesuai dengan agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Sama pentingnya, dengan kemampuan yang sekarang ada, Anda dapat memperoleh analitik granular pada tingkat peserta diidik perorangan. Pemahaman holistik tentang sekolah, kelas, dan peserta didik ini merupakan dasar bagi pembelajaran yang dipersonalisasi.
Data Anda hanya sebagus kemampuan Anda menggunakannya
Sistem sekolah sering kali menggabungkan sistem TI yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Pimpinan sekolah dan pengajar harus melompat dari satu antarmuka ke antarmuka lain untuk mengakses berbagai sumber informasi. Mustahil untuk mendapatkan pemahaman holistik tentang peserta didik, kelas, atau sekolah.
Hal ini menyulitkan untuk memahami, mengukur, atau memprediksi faktor-faktor seperti kinerja sekolah, penggunaan teknologi, atau efikasi keseluruhan terhadap suatu investasi, intervensi, atau sumber daya.
Namun, jika Anda meluangkan waktu untuk menggabungkan semua data Anda dan menerapkan analitik, Anda dapat mentransformasi sistem Anda dengan hasil, pengajaran, dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Masalah data sering muncul dalam upaya transformasi yang buruk
Ada empat fase utama yang akan dilalui sebagian besar sekolah dalam melakukan transformasi, dan masing-masing memiliki hambatan potensial yang perlu diidentitikasi sesegera mungkin.
1. Ruang lingkup terbatas: Jika teknologi hanya diterapkan di laboratorium komputer, atau didistribusikan secara tidak merata di sekolah, maka keberhasilan sangat dibatasi oleh ruang lingkup yang rendah. Pengguliran semacam ini sering sangat bergantung pada para “pionir” karismatik, yakni para pengajar istimewa yang menciptakan keajaiban yang dulit diukur.
2. Madat tegas, dampak lemah: Ini terjadi ketika penyebaran berskala besar hanya terfokus pada teknologi atau digitalisasi biasanya melalui pengadaan perangkat tanpa visi menyeluruh yang mengantar ke dalam proses baru, pemahaman baru, dan budaya baru di setiap tingkatan (sayangnya) ditakdirkan gagal.
3. Pengurangan: Sekolah atau sistem yang tidak berhasil dalam fase satu dan dua sering mengurangi investasi teknologi mereka sehingga teknologi tersebut “berfungsi ala kadarnya”.
4. Proyek berbasis hasil: Munculnya data mendorong pola pikir baru untuk transformasi yang holistik dan terukur.
Komentar
Posting Komentar