Ciptakan pemimpin pembelajaran
Fullan mengkritik gagasan bahwa kepala sekolah harus berfokus pada kepemimpinan instruksional, mencatat bahwa untuk itu kepala sekolah harus sepenuhnya menguasai pengetahuan, dan bahkan terlibat sebagian, dalam pengajaran, yang mana hal tersebut dapat mengarah pada manajemen mikro, DuFour dan Marzano sama-sama menemukan bahwa “menghabiskan waktu untuk membangun kapasitas pengajar dalam kerja sama tim jauh lebih baik daripada menghabiskan waktu untuk mengamati pengajar secara perorangan.” Dengan kata lain, jauh lebih efektif membangun kapasitas seorang pengajar untuk memimpin, daripada menarik kepala sekolah ke dalam pengajaran.
Hattie menyebutkan peran baru ini “pemimpin pembelajaran”. Dia menjelaskan bahwa sementara para pemimpin pembelajaran menekankan bagaimana informasi diajarkan dan bagaimana kita tahu, informasi itu diajarkan dengan baik. Terlebih lagi, karena pemimpin pembelajaran lebih terintegrasi dengan kolega, mereka dapat menciptakan lingkungan kolegial di mana para pengajar percaya bahwa mereka dapat saling belajar satu sama lain.
“Untuk Omaha Public School, mentransformasi platform data adalah tentang mentransformasi pengajaran dan pembelajaran dengan membina pengajar untuk menjadi pendidik yang lebih baik serta memunculkan teknologi instruksional terbaik.” Studi Kasus Microsoft
Rekomendasi OECD
1. Definisikan ulang tanggung jawab kepemimpinan sekolah. Dengan otonomi untuk membuat keputusan sendiri, pimpinan sekolah dapat membuat perbedaan nyata di sekolah dan dalam kinerja siswa. Namun, pemberian otonomi tidak otomatis mengarah pada perbaikan. Pemimpin harus didukung dengan baik, dengan tanggung jawab inti mereka didefinisikan secara jelas melalui pemahaman praktik yang paling mungkin meningkatkan pengajaran dan pembelajaran.
2. Distribusikan kepemimpinan sekolah. Tanggung jawab dan pertanggungjawaban kepemimpinan sekolah yang meningkat menciptakan kebutuhan bahwa kepemimpinan tersebut didistribusikan secara lebih baik di dalam dan di antara sekolah-sekolah. Permasalahannya, sementara tanggung jawab manajemen menengah dianggap penting untuk kepemimpinan sekolah yang efektif, praktik ini sering benar-benar tidak jelas; atau mereka yang terlibat kurang kompeten bagi tugas mereka. Saatnya memperluas konsep kepemimpinan sekolah dan menyesuaikan kebijakan serta kondisi kerja yang sesuai.
3. Kembangkan keterampilan untuk kepemimpinan sekolah yang efektif. Pimpinan sekolah membutuhkan pelatihan khusus untuk menanggapi tanggung jawab mereka yang semakin meningkat dan membantu meningkatkan pencapaian sekolah. Strategi harus mencakup memperlakukan pengembangan kepemimpinan sebagai suatu kontinum, memastikannya diberikan secara konsisten, dan memastikannya memiliki tingkat keragaman yang sesuai.
4. Jadikan kepemimpinan sekolah sebagai profesi yang menarik. Calon pelamar digentarkan oleh beban berat kepala sekolah dan fakta bahwa pekerjaan itu tampaknya tidak dihargai atau didukung secara memadai. Prosedur rekrutmen dan prospek pengembangan karier yang jelas bagi kepala sekolah juga dapat menggentarkan calon kandidat.
5. Berdayakan pengajar untuk menjadi “pemimpin pembelajaran”. Karena sekolah-sekolah di seluruh dunia cenderung mengalami otonomi dan desentralisasi yang meningkat selama beberapa dekade trakhir, para kepala sekolah ditekan untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar. Salah satu tanggung jawab utama yang muncul adalah menggordinasikan strategi berbasis sekolah dan ruang kelas untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran. Jenis kepemimpinan instruksional ini memperoleh pengaruh pada tahun 1970-an dan 1980-an, tetapi kegunaannya kini dipertanyakan oleh beberapa penelitian yang lebih baru.
Komentar
Posting Komentar