Ekspektasi yang tinggi terhadap profesionalitas guru melahirkan berbagai istilah dan konsep. Istilah guru favorit/idola muncul dilingkungan peserta didik sebagai apresiasi terhadap pelayanan pembelajaran yang dapat langsung mereka rasakan. Guru yang mengenal kepribadian dan memahami dunia peserta didik akan dengan mudah menjadi sosok yang dekat dan disenangi. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik menciptakan suasana pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk kebutuhan setiap peserta didik, pembelajaran menjadi lebih menarik dan bebas dari kecemasan dan tekanan. Peserta didik adalah individu unik yang memiliki potensi, bakat, dan minat yang telah melekat di dalam dirinya sebagai faktor bawaan yang tersembunyi (intrinsik) sejak lahir. Faktor intrinsik tersebut akan nampak dalam bentuk kognisi, keterampilan, perilaku dan sikap yang mencerminkan faktor-faktor bawaan tersebut. Menurut Piaget "Belajar adalah adaptasi holistik dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen" juga sejalan dengan pendapat Gestalt bahwa "Belajar menunjukkan seauatu ciri yang khas yaitu insight pemahaman dari dalam individu terhadap kesan-kesan inderawi yang diterimanya."
Belajar adalah sebuah proses yang meliputi tahapan proses menerima informasi, proses memahami informasi, dan proses mengingat informasi. Telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali, menggali, dan mengkatagorikan bagaimana manusia belajar. Yang paling populer diantaranya adalah:
1. Pendekatan berdasarkan multi kecerdasan (Multiple Intelligence)
Multiple intelligence atau kecerdasan jamak merupakan hasil karya Howard Gardner (dalam buku Frames of mind, 1983). Gardner memberikan definisi kecerdasan sebagai kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi serta mampu melakukan dan membuat sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan. Terdapat delapan kecerdasan manusia yaitu kecerdasan linguistik, logika/matematik, musik, naturalis, interpersonal, intrapersonal, spasial, dan kinetik.
Setial individu memiliki delapan kecerdasan, tapi dalam proporsi dan kualitas maupun kuantitas yang berlainan. Proporsi multiple intelligence setiap peserta didik sangat bervariasi, antara satu dengan peserta didik lainnya tidak pernah ada yang sama. Multiple intelligence khas yang dimiliki peserta didik harus ditemukan dan dikembangkan ke arah yang lebih pasti. Guru memiliki kewajiban untuk hal itu. Peserta didik dibina untuk dapat memanfaatkan potensi, minat dan bakat yang tertanam dalam dirinya, memahami jati dirinya, sanggup mengatasi kesulitan dan memunculkan kelebihan yang mereka miliki.
2. Pendekatan berdasarkan pada proses menerim informasi (Modalitas Sensori)
Rangsangan apapun dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi indera. Ini yang disebut sebagai modalitas sensori yang dikembangkan oleh Walter Barbe dan Raymond Swassing. Melalui indera seorang pembelajar akan lebih cepat menyerap berbagai informasi. Secara umum, kita menggunakan tiga indera yaitu belajar menggunakan kekuatan berdasarkan pada penglihatan (visual), pendengaran (auditori), dan bergerak (kinestetik).
Pendekatan dalam belajar berdasarkan Modalitas Sensori dikembangkan oleh Richard Bandler dan John Grinder. Menentukan tingkat ketergantungan individu pada indera tertentu pada proses belajar. Individu yang dominan menggunakan penglihatan memiliki gaya belajat visual; individu yang dominan menggunakan pendengaran memiliki gaya belajar auditori; individu yang dominan menggunakan gerakan fisik memiliki gaya belajar kinestetik. Gaya belajar (learning style) adalah cara yang disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Pendapat dari Barbara Prashnig (Creative Learning Company, 1990): "Orang dari segala usia dapat belajar apa saja jika diberi kesempatan untuk melaķukannya dengan gaya unik mereka, dengan kekuatan pribadi mereka dan dengan gaya pengaturan diri yang membuat mereka nyaman."
Proses pembelajaran berfokus pada gaya belajar peserta didik. Guru mendorong peserta didik untuk belajar dengan gaya belajar dominan yang mereka sukai, dan mendorong peserta didik untuk dapat mengeksplorasi gaya belajar lainya yang masih perlu dikembangkan. Guru yang ideal adalah guru yang mengajar dengan melibatkan seluruh modalitas sensori peserta didik dan dengan gaya belajar yang bervariasi. Kesesuaian gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru setidaknya dapat menjamin bahwa setiap gaya belajar dapat terlayani. Dengan demikian peserta didik akan merasa puas, penuh percaya diri akan kemampuannya dan selalu termotivasi untuk mencari hal-hal baru lainnya yang menantang.
3. Pendekatan berdasarkan pada proses memahami informasi (cara kerja otak)
Dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc. Menentukam cara yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru. Gregorc membagi kemanpuan mental menjadi empat kategori yaitu Sekuensial Konkret, Sekuensial Abstrak, Random Konkret, dan Random Abstrak. Selanjutnya dikembangkan oleh Witkin mengenai proses memahami informasi melalui Gaya Terima Global dan Gaya Terima Analitik. Hasil penelitian Dr. Paul Mac Lean ditemukan ada 3 jenis otak, yaitu otak reptil, otak mamalia, dan otak berpikir. Cara kerja otak reptil berdasarkan insting dan akan aktif jika dalam kondisi stress, terancam, marah dan emosi. Dalam kondisi seperti ini informasi yang masuk ke otak reptil tidak akan diteruskan ke otak mamalia maupun otak berpikir. Itulah sebabnya pembelajaran yang menyenangkan (enjoyful learning) harus diciptakan di ruang-ruang kelas, karena peserta didik tidak dapat belajar dengan baik jika berada dalam suasana yang terancam dan tertekan. Otak mamalia mengatur hormon, mengendalikan emosi, haus, lapar, metabolisme dan sebagai memori/data ingatan. Otak berpikir terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak kanan, otak kiri, dan otak kecil. Secara umum otak kanan berurusan dengan irama, musik, gambar, dan imajinasi yang disebut dengan aktivitas kreatif. Otak kiri memainkan peranan dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan yang disebut pembelajaran akademik. Otak kecil juga disebut otak bawah sadar karena merekam semua ilmu pengetahuan dan kejadian yang tidak kita sadari dan dapat memberikan kepada kita kemampuan di luar dugaan.
Pada umumnya pembelajaran yang dilakukan guru terlalu menekankan pada pengembangan otak kiri sehingga kreativitas siswa belum tergali secara sempurna. Perlu upaya menyeimbangkan pengaktifan otak kanan dan otak kiri dalam proses pembelajaran.
4. Pendekatan berdasarkan pada proses mengingat informasi (Learning How to Learn)
Terdapat banyak cara belajar yang efektif dan efisien yang dapat dikembangkan. Proses mengingat informasi dalam kegiatan pembelajaran akan begitu mudah dan menyenangkan. Peserta didik belajar bagaimana cara belajar dengan teknik-teknik tertentu proses mengingat sesuatu, konsep, kejadian, angka menjadi lebih cepat dan menarik.
5. Pendekatan berdasarkan pada Kepribadian Manusia
Myers dan Briggs dalam MBTI (Myers & Briggs Type Indicator) membagi pola pikir manusia menjadi empat tipe yaitu sensing, intuiting, thinking, dan feeling. Peserta didik yang berkepribadian sensing (pengamat) senang bekerja dengan detil dan menyukai hal praktis. Tapi peserta didik bertipe intuiting (pengkhayal) senang dengan tantangan dan hal baru, dan menyukai kegiatan imajinatif, berdaya cipta, kreatif, dan penuh inspirasi. Sedangkan peserta didik dengan tipe thinking (pemikir) dalam hal mengambil keputusan lebih menggunakan logika, tegas, dan tidak sungkan mengkritik. Di sisi lain, peserta didik dengan ciri feeling (perasa), lebih mempertimbangkan orang lain, suka dengan harmonisasi, dan sensitif terhadap kritikan.
Perilaku manusia menurut Hippocrates dibagi dalam empat potret pribadi dasar, yaitu sanguitis popular, koleris kuat, phlegmatis damai dan melankolis sempurna. Peserta didik yang berperilaku sanguinis popular memiliki sikap ramah, penuh percaya diri, ceria, berpikir cepat, dan pandai bergaul. Kreatif, serius, perasa, sopan, dan suka menyalahkan diri sendiri adalah sikap peserta didik yang berperilaku melankolis sempurna. Sedangkan peserta didik yang memiliki sikap menghindari konflik, menjaga ketenangan, tenang, santai, dan mudah bekerja sama adalah phlegmatis damai. Peserta didik yang berperilaku koleris kuat memiliki sikap percaya diri yang tinggi, menguasai apa saja dengan seketika, menilai dengan cepat dan tepat.
Gustav Jung dan Mc Clelland mengklasifikasikan kepribadian manusia ke dalam dua sikap, yaitu ekstrovert dan introvert. Peserta didik dengan kecenderungan ekstrovert akan senang berinteraksi, mudah gaul dan menyenangi beragam kegiatan, sedangkan peserta didik yang introvert lebih fokus pada satu kegiatan, senang lingkungan yang tenang dan senang belajar sendiri. Dengan beragam pola pikir, perilaku dan sikap peserta didik, diharapkan guru memahami kondisi kejiwaan peserta didik dan tidak menyamaratakannya. Tantangan terhadap kualitas pendidikan semakin tinggi, sejalan dengan itu percepatan perkembangan jaman telah melahirkan berbagai konsep tentang profesi guru. Berdasar cara pandang guru terhadap profesinya, maka guru dapat dikelompokkan dalam empat kuadran utama:
- Guru Pekerja
- Guru Profesional
- Guru Pemilik
- Guru Perancang
Guru pekerja adalah guru yang menyukai kemapanan, tidak ada keinginan untuk berubah dan menyukai pekerjaan rutinitas yang menjadi tanggung jawabnya. Biasanya mengajar dengan cara yang sama tentang hal yang sama kepada orang yang berbeda. Memiliki paradigma to have yang cenderung dan mengutamakan pada kebutuhan materi. Hanya memiliki satu sumber penghasilan. Guru profesional menyukai tantangan dalam mengajar. Senang dengan pekerjaan yang mandiri, tidak rutin tetapi memuaskan. Senang berpindah tempat kerja dengan pekerjaan yang sama. Biasanya mengajar dengan cara yang sama tentang hal yang berbeda kepada orang yang berbeda. Sumber penghasilannya memiliki nilai/harga setiap kalo mengajar. Guru pemilik memiliki keahlian (expert) tidak hanya terkait dengan pengajarannya tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengatur sistem dalam kelompok kerjanya. Penghasilannya adalah dari keahlian sebagai sumber investasinya. Guru perancang adalah guru yang berperan sebagai perancang pembelajaran, memiliki sifat kreatif dan inovatif. Ide dan gagasannya merupakan sumber penghasilannya.
Komentar
Posting Komentar