Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Pembelajaran Kolaboratif pada Masyarakat Pembelajar

Sekolah sebagai Learning Community (Lesson Study untuk Learning Community): Digagas oleh Prof. Dr. Manabu SATO Pertengahan 1990-an awal dari sebuah gerakan global Pendekatan holistik untuk mereformasi pendidikan sekolah Apa itu SLC? (Sato 2018) Visi: Pendefinisian ulang Sekolah sebagai “learning community” Filosofi (Misi): Kesadaran akan hak azasi manusia belajar yang dimiliki oleh semua anak tanpa terkecuali, dan Persiapan menuju masyarakat berdemokrasi Sistem aktifitas: Pembelajaran kolaboratif di kelas, Kolegalitas di ruang guru, dan Partisipasi belajar orang tua Yang berbeda dibandingkan pendekatan lainnya Pendekatan yang terintegrasi dan holistik, bukan suatu teknik atau rumus Metode kasus. Penekanan pada refleksi dibandingkan rencana Berbasis teori ---> Demokrasi sosial: John Dewey. Belajar dan berkembang: Lev Vygotsky Lesson Study adalah strategi pembinaan pembinaan profesi pendidik dengan mengkaji berbagai aspek pembelajaraan agar pembelajaran

HOTS dalam Pendidikan 4.0

Istilah Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi saat ini semakin populer diperbincangkan di dunia pendidikan Indonesia. Istilah HOTS ini makin populer semenjak terjadi kehebohan diruang publik karena soal UN matematika di tingkat SMP dan SMA dikeluhkan sangat sulit. Sehingga banyak anak yang memperoleh nilai tidak memuaskan di bidang matematika pada UN tahun 2018. Berdasarkan informasi dari pihak Kemendikbud, soal UN matematika pada tahun 2018 dianggap sulit karena ada beberapa soal UN yang berkategori soal HOTS. Jumlah soal HOTS di soal UN tahun ini sekitar 10% dan sangat mungkin akan ditambah untuk pelaksanaan UN di tahun mendatang. Apa sebenarnya HOTS itu? Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS adalah proses berpikir yang mengharuskan murid untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi pengertian dan implikasi baru (Gunawan, 2012). Sedangkan menurut Ermawati (2017), HOTS merupakan cara berpikir yang tidak lagi

Pendidikan dan Pembelajaran dalam Era Industri 4.0

Perubahan Besar Bidang Pendidikan & Pembelajaran dalam Era Industri 4.0: 1.Mulai berkembangnya prinsip demokratisasi pengetahuan yang menciptakan peluang bagi setiap orang untuk memperoleh pengetahuan dan kecakapan dengan memanfaatkan teknologi. 2.Berkembangnya Massive Open Online Course(MOOC); inovasi pembelajaran daring yang dirancang terbuka, saling berbagi, terhubung atau berjejaring satu sama lain. 3.Berkembangnya Artificial Intelligence (AI); sebuah mesin kecerdasan buatan yang dirancang untuk melakukan pekerjaan yang spesifik untuk membantu tugas-tugas keseharian manusia di bidang pendidikan, 4.Artificial Intelligence (AI) membantu pembelajaran yang bersifat individual, mampu melakukan pencarian informasi sekaligus menyajikannya dengan cepat, akurat, dan interaktif. Keuntungan Teknologi Digital bagi dunia Pendidikan: 1. Akses terhadap pendidikan yang bermutu 2. Brain circulation phenomenon 3. Percepatan penguasaan Iptek 4. Belajar dari Best-practices 5.

Model Pembelajaran Informatika

Model pembelajaran informatika sebagai mata pelajaran baru mulai disusun. Penyusunan model itu sebagai tindak lanjut ditambahkannya mata pelajaran tersebut dalam kurikulum pendidikan. Menurut rencana, informatika akan mulai diajarkan kepada siswa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan sekolah menengah kejuruan pada awal tahun ajaran 2019/2020. Ketua Ikatan Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Bambang Susetiyanto, Sabtu (19/1/2019), mengatakan, penyusunan model pembelajaran untuk mata pelajaran informatika telah dilaksanakan pada 14 Januari lalu. Hal itu dia sampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi di Jakarta. ”Kami harap penyusunan model pembelajaran ini segera selesai sehingga kami bisa segera menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran,” kata Bambang. Informatika adalah mata pelajaran yang sebelumnya disebut teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sebelumnya, TIK d

Mendesain Infografis bagi Guru

Apakah Desain Infografis itu ? Infografis adalah informasi atau data yang diinterpretasikan secara visual. Mengapa menggunakan infografis ? 1. Penggunaan informasi yang telah divisualisasikan telah meningkat. 2. Terhubung secara visual, dimana hampir 50% otak terlibat secara visual, 70% reseptor sensorik ada di mata, dan visual scene dalam waktu kurang dari 1/10 detik. 3. Hanya membutuhkan 150 mili sekon untuk memproses simbol +100 mili sekon untuk mengartikannya. 4. Memiliki informasi berlebih yaitu: menerima 5x lebih banyak informasi tiap harinya, rata-rata kita mengkonsumsi 34 gigabyte atau 100.500 kata informasi di luar pekerjaan tiap harinya, dan rata-rata kita hanya membaca 28% kata tiap kita berkunjung. 5. Lebih menarik. Peneliti menemukan bahwa warna visual dapat meningkatkan keinginan membaca hingga 80%. 6. Lebih mudah diakses. Sebuah studi menemukan bahwa 70% tingkat pemahaman untuk label dengan teks saja, 95% tingkat pemahaman untuk label dengan teks da

Teknik Penulisan Karya Tulis dan Artikel Jurnal Imiah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah kegiatan pencermatan yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan langkah-langkah atau metodologi ilmiah yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa di kelas melalui penerapan atau penggunaan sebuah tindakan baru yang bersifat kreatif dan inovatif. Mengapa Guru harus melakukan PTK ? 1. Meningkatkan profesi guru 2. Upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam PBM 3. Mendorong guru untuk berfikir reflektif 4. Membangun budaya meneliti dan menulis Ciri-ciri PTK adalah APIK (Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten) Mengapa Guru harus menulis karya ilmiah ? 1. Angka kredit untuk naik jabatan 2. Angka untuk sertifikasi 3. Peningkatan profesionalisme Syarat tulisan ilmiah : 1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah 2. Langkah pengerjaannya dijiwai dengan metode ilmiah 3. Sosok tampilannya sesuai dan memenuhi syarat sebagai sosok keilmuan Proses

Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Tahun 2019

UTBK terdiri atas Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA) yang sesuai dengan kelompok ujian setiap peserta ujian. TPS mengukur kemampuan kognitif, yaitu kemampuan penalaran dan pemahaman umum yang penting untuk keberhasilan di sekolah formal, khususnya perguruan tinggi. Kemampuan ini meliputi kemampuan penalaran umum, pengetahuan kuantitatif, pengetahuan, dan pemahaman umum, serta kemampuan memahami bacaan dan menulis. TKA mengukur pengetahuan dan pemahaman keilmuan yang diajarkan di sekolah dan diperlukan seseorang agar dapat berhasil dalam menempuh pendidikan tinggi. TKA juga mengukur kemampuan kognitif yang terkait langsung dengan konten mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Penekanan tes pada Higher Order Thinking Skills (HOTS). Berikut penjelasan singkat dari masing-masing tipe soal: Tes Potensi Skolastik (TPS) Tes Potensi Skolastik (TPS) terdiri dari 4 jenis soal dengan maksimal waktu 120 menit. 1. Penalaran Umum 20 Soal = 35 Menit 2.