MENDIKBUD BARU: ANTARA MATERIAL, MEDIA, DAN SISTEM
Oleh Prof. Dr. Suyatno, M.Pd.
(Guru Besar Universitas Negeri Surabaya)
Jika perkembangan dunia diukur dari tiga gelombang, dunia sedang berada di gelombang ketiga. Awalnya, dunia berada di gelombang pertama, yakni gelombang material. Negara hebat diukur oleh seberapa luas dan banyak daerah jajahan. Inggris, Portugis, Perancis, Belanda, dan yang lainnya, di era material tersebut dianggap negara hebat. Sampai-sampai, warga terjajah menganggap mereka bangsa nomor satu. Negara jajahan menganggap mereka lambang kesuksesan. Dunia diukur oleh jumlah materi yang diperoleh dari kuasa-menguasai. Orang hebat adalah mereka yang memunyai banyak tanah. Ia kaya raya tiada tanding.
Kemudian era tersebut, tergilas oleh gelombang media, yakni teknologi. Negara yang kaya teknologi dianggap hebat karena bisa mengalahkan negara yang kaya material. Jepang mambumbung tinggi kehebatannya, meskipun baru kalah perang dari penjajah akibat teknologi mobil, mesin, pesawat, dan sebagainya. Negara lain melirik dan menyatakan salut dengan negara penemu dan prmerkaya teknologi. Mereka salut dengan Jepang, Korea, AS, Jerman, dan sebagainya.
Orang kaya karena luas tanah dikalahkan oleh orang yang punya teknologi. Ia hanya punya traktor tetapi kekayaannya mengalahkan orang yang punya tanah luas. Berbondong-bondonglah orang melirik kehebatan teknologi. Pabrik diperbesar. Temuan baru diperkuat dengan sentuhan teknologi.
Namun, era teknologi ternyata tidak langgeng. Negara berteknologi tinggi dikalahkan oleh negara yang punya sistem. Finlandia terkenal bukan karena teknologinya tetapi karena sistem yang dibangunnya.
Orang kaya berkat teknologi disalip oleh orang yang punya sistem. Seseorang tidak punya gedung, tidak punya mobil tapi bisa kaya karena sistem. Dialah penemu sistem digital, gojek, alibaba, dan seterusnya. Tanpa kantor, akibat punya sistem, seseorang dapat penghasilan besar.
Jadi, benarlah jika Presiden Jokowi mengangkat sosok ahli sistem sebagai punggawa yang menangani pendidikan. Pendidikan adalah sebuah sistem yang dapat dimajukan dengan sistem berbasis digital. Bukan isi pendidikan saja yang perlu disistemasi tetapi manajemennya perlu sistem terbarui.
Negara hebat tentu memerlukan sistem terbarui yang berkoneksasi dengan era industri 4.0 dan masyarakat 5.0. Apalagi negara Indonesia memunyai banyak sekolah yang tersebar lintas pulau, lintas bukit, lintas daratan, lintas suku, dan sebagainya.
Pendekatan manajemen pendidikan tidak akan mampu hanya menggunakan pola konvensional dan struktural. Pola tersebut akan memerlukan dana tinggi, waktu lama, dan para pihak yang banyak. Keruwetan dan kelelahan akan terjadi. Tujuan akan terkikis oleh keruwetan dan kelelahan tersebut.
Tentu, era sistem dapat mengurai keruwetan, menyegarkan, waktu singkat. Perlu penciptaan sistem yang berbasis digitalisasi.
Era sistem itu dekat dengan kreasi dan inovasi. Pendidikan Indonesia sudah haus dengan kreasi dan inovasi pendidikan. Tibalah kini, pendidikan Indonesia dinakhodai oleh sosok yang langsung bergulat di sistem. Mendikbud baru tentu harus tetap berada di jatidiri sistem yang kreatif dan inovatif. Ini saatnya.##
Komentar
Posting Komentar